“Saya sudah ga sanggup jalan lagi, tolong bawa saya berobat”, ucap Sardi sambil menahan sakit di kedua kakinya yang bernanah.
Di usia senjanya, Bapak Dullah (71 tahun) dan Ibu Robiah (61 tahun) menghadapi ujian hidup yang begitu berat. Dalam keheningan gubuk tak terawat di pelosok Kabupaten Musi Rawas, Sulawesi Selatan, mereka terjebak dalam situasi sulit yang seolah tiada henti.
Setiap hari, mereka harus merawat, Sardi (43 tahun), anak mereka yang saat ini hanya bisa terbaring lemah dengan luka yang semakin membusuk di kakinya. Lebih dari sepuluh tahun lalu, pohon besar menimpa Sardi saat bekerja, karena tidak adanya penanganan medis, kecelakaan itu membuatnya lumpuh dan tak berdaya.
Dulunya Sardi bekerja di pabrik sebagai penebang pohon akasia. Perusahaan hanya bisa memberikan ganti rugi dengan uang sedikit dan tidak bisa menanggung pengobatan hingga tuntas.
Sardi memang memiliki BPJS, tapi tidak semua obat ditanggung, apalagi biaya transportasi yang jauh. Rumah gubuk mereka terpencil, perjalanan ke rumah sakit memerlukan waktu hingga 8 jam.
Kini, kondisi kaki Sardi kian membengkak dan membesar akibat infeksi yang sudah semakin parah. Tulang di kaki Sardi sudah menonjol keluar dengan daging membusuk, menimbulkan rasa sakit yang tak tahankan.
Dengan penghasilan Rp 10.000 per hari dari bekerja serabutan di kebun tetangga, Bapak Dullah dan Ibu Robiah hanya mampu membeli obat pereda nyeri seperti paracetamol generik, untuk menahan rasa sakit di tubuh Sardi.
“Ya Allah, kalau malam-malam begitu Sardi sampai menggigil saking sakitnya… tapi gimana kami bingung cuma mampu obati itu. Upah pas-pasan, untuk makan bertiga aja seringnya susah. Pernah kami makan dengan nasi dan garam cabe yang digerus saja. Kami rela, yang penting bisa belikan obat warung untuk Sardi biar gak sakit,” ujar Bu Robiah pilu.
Perawatan seadanya, tanpa fasilitas yang layak, adalah satu-satunya yang bisa mereka lakukan. Sebelum berangkat kerja ke kebun, Bu Robiah dengan penuh kasih membersihkan tubuh anaknya, mengganti kain lap seadanya karena keterbatasan diapers dewasa.
“Bingung kami gak ada biaya buat beli popok dan juga sprei baru…mau gak gamau yang ada ini dicuci dijemur di dalam rumah… karena kalau diluar tetangga sering kali mengeluh bau bekas darah..”ujar Bu Robiah sambil tahan tangis.
Walau begitu, setiap hari Ibu Robiah tak pernah menyerah, ia tetap berjuang agar Sardi tetap nyaman. Harapannya sederhana, ia tak ingin Sardi merintih kesakitan lagi.
#OrangBaik, kita buka hati untuk meringankan beban keluarga ini. Bantuan dari kita akan sangat berarti, mulai dari obat-obatan, kasur baru, hingga gizi yang baik Bapak dan Ibu kuat merawat Sardi. Setiap rupiah yang Anda donasikan, Insya Allah, menjadi amal jariyah yang meringankan penderitaan mereka. Caranya dengan:
Terima Kasih Orang Baik!
Donasi dari galang dana ini juga akan digunakan untuk penerima manfaat dengan kondisi dan kebutuhan serupa lainnya di bawah naungan Yayasan Salam Setara Amanah Nusantara.
Menanti doa-doa orang baik