Jangan Biarkan Mereka Belajar di Kelas yang Tak Nyaman!

Pulau Kampung Borang merupakan salah satu desa di kecamatan Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin, provinsi Sumatera Selatan. Desa ini memiliki 4 dusun yang terpisah menjadi pulau-pulau kecil. Letaknya sangat dekat dengan Kota Palembang, cukup menyeberang dengan perahu dengan jarak 10-15 menit perjalanan. 

Namun ketimpangan hidup sangat terlihat kontras. Baik ekonomi, pendidikan, kesehatan dan aspek sosial keseharian masyarakat di sana. 

Kondisi di sana cukup memprihatinkan, salah satunya adalah MI dan MTs Islamudin yang sudah berdiri sejak 1990-an dari hasil swadaya masyarakat setempat. Kondisi bangunan seluruhnya hanya terbuat dari papan kayu dan atap dari seng. Banyak bagian yang sudah keropos dan lapuk karena dimakan waktu.

Ada 60-an siswa dari MI dan MTs Islamudin, MI kelas 1-6 total 44 siswa saja. Bahkan siswa kelas 6 MI Islamudin hanya berjumlah 2 siswa saja dan kelas 1 hanya 4 orang anak. Ada beberapa siswa juga berasal dari dusun di pulau sebelah, sehingga mereka berangkat sekolah harus menyebrang dengan perahu yang diantar oleh orangtuanya.

Hanya ada 3 lokal ruang kelas dan itu digunakan untuk MI kelas 1-6 dan MTs kelas 1-3 secara bersamaan. Masing-masing kelas disekat oleh papan-papan, sehingga suara bising terasa membuat kondisi pembelajaran sangat tidak fokus. Belum lagi jika hujan datang, sudah dipastikan semua bagian kelas bocor dan basah karena air hujan.

Lapangannya pun sering tenggelam karena air sungai yang naik ke daratan, sebab lokasi sekolah persis berada di tepi aliran sungai Musi Sumatera selatan. Sudah lebih dari 1 tahun tidak pernah mengadakan upacara bendera karena lapngan berlumpur dan becek.

Selain itu fasilitas penunjang pendidikan pun sangat jarang, bahkan tak ada sama sekali. Di MI dan MTs Islamudin hanya ada beberapa lemari berisi buku pelajaran yang sudah usang.

Guru di MI dan MTs Islamudin berjumlah 10 orang, 9 perempuan dan 1 laki-laki. Dari 10 guru, hanya 3 orang saja yang mengenyam pendidikan hingga sarjana dan kembali kampung borang untuk mengabdi. Sisanya hanya lulusan SMA yang ingin mengabdi di tanah kelahirannya. Tujuannya hanya satu, agar anak anak kampung Pulau Borang tidak buta huruf.

Gaji yang diterima para guru pun tidak sebanding, mereka digaji 250 ribu/ 3 bulan, itupun kadang tidak menerima penuh karena kondisi wali murid juga mayoritas adalah orang tidak mampu. Bahkan penunaian SPP para siswa adalah setahun sekali dengan biaya hanya 50.000 rupiah.

Akibat kondisi ekonomi yang terbatas, rata-rata siswa yang sudah lulus tingkat MTs biasanya memutuskan untuk bekerja sebagai petani / nelayan di Pulau Borang atau harus menyebrang jika menjadi buruh bangunan. Tidak banyak yang bisa melanjutkan ke jenjang SMA, sebab biaya cukup besar yang dikeluarkan oleh orang tua.

Untuk melanjutkan SMA mereka harus menyeberang ke Kota Palembang sebab tidak ada SMA di Pulau Borang, biaya menyeberang saja harus membayar 15.000 kepada pemilik perahu, belum lagi biaya jajan atau makan saat di sekolah.

Begitu berat bagi orangtua yang tidak memiliki pendapatan yang cukup besar, sehingga anak di Pulau Borang yang lanjut SMA bisa dihitung jari.

Banyak sekali kebutuhan yang bisa diberikan di Pulau Borang, mulai dari infrastruktur pendidikan, fasilitas penunjang pendidikan, bantuan pendidikan anak-anak, serta bantuan bea guru untuk para pengajar di sana agar dapat kehidupan yang layak.  

#OrangBaik, Mari bersama-sama membantu siswa-siswi di Pulau Kampung Borang dengan cara:

1. Klik tombol “DONASI SEKARANG”
2. Masukkan nominal donasi
3. Pilih metode pembayaran transfer Bank
4. Dapatkan laporan melalui WhatsApp paling lambat 2x24 jam setelah berdonasi. 

Terima Kasih Orang Baik!

Donasi dari galang dana ini juga akan digunakan untuk penerima manfaat dengan kondisi dan kebutuhan serupa lainnya di bawah naungan Yayasan Salam Setara Amanah Nusantara.

Baca selengkapnya ▾