Sekolah MI Nurus Saadah terletak di sebuah desa perbatasan antara Kabupaten Muara Enim dan Kota Prabumulih, sehingga akses yang jauh dari pusat administrasi.membuat sekolah ini hampir tidak tersentuh bantuan terutama bantuan pembangunan, telah berdiri sejak tahun 2001 dan hanya memiliki sepetak ruangan untuk semua kegiatan belajar mengajar dan administrasi sekolah, satu ruangan digunakan oleh 51 peserta didik dan 6 orang guru honorer , diruangan 7 x 8 itu mereka bagi menjadi 6 area kelas (kelas 1-6) , area guru dan kepala sekolah, area perpustakaan, bahkan area gudang.
Kebutuhan dasar seperti WC pun tidak jauh memperihatinkan, Wc menempel langsung dengan gedung satu-satunya itu juga tidak tersedia sumber air yang memadai, karena rusaknya sumur bor hasil swadaya wali murid, sehingga untuk kebutuhan BAB dan BAK siswa kerap menumpang dengan tetangga sekolah, bahkan disaat musim kemarau siswa bergotong royong mengangkut air di sungai yang jaraknya kurang lebih 300 meter dari sekolah.
Akses jalan tak kalah peliknya, karena wilayah sekolah masih tanah merah maka saat hujan akan jadi genangan dan kubangan yang membuat kegiatan belajar mengajar semakin sulit dijalani, mayoritas orang tua murid berpenghasilan sebagai buruh tani karet, sehingga menyekolahkan anak di dekat rumah adalah pilihan yang paling efektif untuk menghemat biaya transportasi menuju sekolah, sebab sekolah negeri yang ada di desa jaraknya kurang lebih 5 km tentu memerlukan biaya tambahan harian untuk transportasi dan waktu untuk antar jemput anak ke sekolah, sementara mereka yang buruh tani harus berangkat dini hari ke kebun guna mendapatkan hasil pertanian yang maksimal, tetapi jika menyekolah anak di MI Nurussa'dah anak bisa pulang dan pergi ke sekolah secara mandiri.
Pendapatan para guru juga sangat memprihatinkan, mereka adalah para honorer yang dibayar dengan rekap gaji, bahkan pernah nyaris tahunan tidak dibayarkan, alternatif yang paling bisa diandalkan untuk pendapatan sampingan para guru tentu juga menjadi buruh tani karet, subuh mereka ke kebun menyadap karet, pagi pulang dan mengajar anak-anak bangsa hingga siang.
Tiga guru lainnya bahkan berjiwa besar datang dari kota Prabumulih untuk mengabdi, bukan setahun dua tahun pengabdian melainkan sejak sekolah ini berdiri mereka terus mengabdi hingga kini, meski cahaya harapan untuk sekolah ini lebih sering redup ketimbang terang. Mereka berdomisili di kota Prabumulih, tapi karena kecintaannya pada dunia pendidikan mereka rela menempuh 45 menit perjalanan dengan sepeda motor menuju sekolah, saat ini akses jalan utama sudah cukup baik meski akses menuju sekolah masih menyesakkan dada, namun puluhan tahun silam dari rumah hingga sekolah adalah kisah penuh perjuangan,akses jalan yang seperti arena balap off-road, belum adanya kendaraan pribadi membuat mereka harus menunggu tumpangan, berangkat setelah subuh pulang menjelang magrib, kadang untuk sampai ke sekolah ataupun pulang kerumah harus menumpang beberapa kali pada orang yang lewat.
Kesetiaan mereka pada sekolah ini juga menyadarkan mereka bahwa di MI Nurussa'dah ini tidak bisa diandalkan untuk urusan dapur, mereka berikhtiar membuka les privat dirumahnya, membuka warung kecil-kecilan, tak jarang bahkan saat menjelang hari Lebaran Bu Ani Kepala sekolah kami yang hebat ini berjualan kue kering keliling desa-desa, demi kewajiban mereka terhadap keluarganya.
Awal berdiri sekolah ini mendapat hak pinjam pakai sebuah gedung di komplek bekas Pertamina yang ada di desa ini, jangan dibayangkan gedung rapi ala komplek BUMN, tapi ini gedung yang terbengkalai dengan kondisi yang memprihatinkan, bocar Disana sini, beberapa ruangan jendelanya sudah lepas dll. Melihat keprihatinan ini salah satu warga desa mewakafkan sepetak kebun untuk dijadikan area sekolah, yah sepetak kebun, tentu saat itu masih jauh dari pemukiman apalagi akses jalan dan listrik, namun pelan pelan atas swadaya wali murid dan beberapa warga dibukalah area itu menjadi tanah lapang yang cukup aman untuk disebut sekolah, degan bangunan seadanya yang juga hasil swadaya.
Bertahun-tahun Alm Eva Lidya berjuang mempertahankan sekolah ini, mengajukan entah sudah berapa ratus proposal bantuan pembangunan maupun sarana prasarana, hingga akhirnya berjuang di Kenenag Pusat membuahkan hasil “sepetak ruangan”. Yah sepetak ruangan saja dan kini setelah belasan tahun berlalu sepetak ruangan yang telah retak dibanyak tempat itu mulai menampakkan lelahnya berjuang.
Tahun 2022 melalui lembaga zakat guru dan seorang warga berjuang mengajukan Champaign pembangunan gedung baru, karena sepetak ruangan yang sudah ada itu juga sudah berbahaya jika sekedar di renovasi,, mengingat beberapa sudut pondasi yang sudah jauh turun, setelah satu tahun lebih berjuang melalui campaign Alhamdulillah terkumpul kurang lebih Rp 20.000.000,- dan langsung didirikan gedung baru berukuran 6 x 7 meter di sebelah gedung lama, namun rupanya masih belum cukup untuk menyelesaikan pembangunan gedung baru itu, sehingga sudah setahun lebih gedung baru juga mangkrak pembangunan
Tak hanya mendoakan dan berdonasi, kamu juga bisa membagikan halaman galang dana ini agar semakin banyak yang membantu.
Terima kasih Sahabat, teruslah jadi lentera untuk sekitarmu,
Jabat erat,
Salam Setara
Donasi dari galang dana ini juga akan digunakan untuk penerima manfaat lainnya di bawah naungan Yayasan Salam Setara Amanah Nusantara.
Menanti doa-doa orang baik